Friday, 23 November 2012

Hujan, maaf

hujan kini telah kembali
datang silih berganti bersama sepi
membawa pesan dari ibu pertiwi
bahwa ia merasa tersakiti

bagaimana tidak?
ku ingat sebulan yang lalu monyet-monyet mendengungkan kerinduan mereka terhadap rintikan hujan
menarikan tarian-tarian hujan bak orang gila yang kerasukan setan
mendoakan agar hujan cepat kembali
dan terus menanti dengan sepenuh hati seperti bayi yang menanti asi

hujan kini telah kembali
menyambut puji-pujian para penanti
namun apa yang terjadi? semua datang hanya untuk menghianati
tarian berganti jadi makian
doa menyublim menjadi keluhan

mungkin ini sudah menjadi tradisi
yang diwariskan pada tiap generasi
mendarah daging dalam nadi
menjadi sifat naluri tiap insani

mencintai lalu menghianati